RASA

Ketika tubuh tak lagi berdiri,
kepada air mata aku sandarkan.
Ketika kata tak lagi berbunyi,
dengan diam aku sampaikan:

"Kapan hidup akan berarti
Jika akal palingkan jiwa
Hanya hati,
membakar nafsu menjadi cinta.

Dalam senyum luka sembunyi,
menghitung duka menghitung nyawa.
Mengubur mimpi,
mengenang engkau yang mati rasa."

(Kairo, 13.14 WK, 29/07/2007)

4 comments:

Pangapora said...

"Dalam senyum luka sembunyi,.../mengenang engkau yang mati rasa." - Busyet! Haha... Siapa itu? Selamat atas blognyaaa :)

fuddyduddy said...

puisi wajib petir tanggal 10 mendatang bisa dilihat di sajakmasisir.com : judulnya Idul Fitri karya SCB.

DeMIS said...

aku memang tak bisa nulis puisi, cuma kayaknya aku tak salah mampir menikmati sajak2mu: kapan hidup akan berarti jika akal palingkan jiwa?

Unknown said...

ni puisi pa pantun yaa??????